welcome

welcome to my blog,,..

Senin, 06 April 2020

Perempuan Dibalik Tembok Kamar


Ada seorang anak perempuan, bersembunyi diantara tembok-tembok tertutup, kamarnya sendiri.
Mencintai kesunyian dan kesendirian. Menikmati waktu-waktu bersama dirinya sendiri. Tawa, tangis, sedih dan bahagia , aku adalah teman terbaikku katanya.

Sulit baginya mencerna bahwa berdua adalah BAHAGIA. Ia sudah bahagia dan memang ia bahagia. Tetapi dunia memaksanya keluar dari kesendirian sebab bagi mereka itu mencekam meski ia begitu mencintainya, kesunyian dan dirinya sendiri.



Lalu, dikehidupan bahagianya, datang seseorang. Dia bilang akan membuatnya lebih bahagia. Menjanjikan kalau bersamanya jauh lebih baik daripada sendiri. Ia menolak tetapi seseorang itu meyakinkannya. Dia berjuang, membuktikan bahwa perempuan itu selama ini salah.



Perempuan itu luluh, perempuan itu mulai membuka diri. Berbagi cerita, berbagi emosi, berbagi dunianya. Memang indah, memang bahagia. Ternyata berdua punya sensasi bahagia yang berbeda. Tapi ditengah semua kebahagiaan itu, entah bagaimana hati kecilnya seolah merindukan bahagianya yang dulu. Bahagia yang hanya mampu dinikmati dirinya sendiri.

Kemudian masalah muncul, saat seseorang itu mulai menganggap bodoh perempuan itu tentang kesendiriannya. Seseorang itu memang memuja kebersamaan, perhatian, penghargaan, kasih sayang.Perempuan itu mampu memberikannya tetapi perempuan itu hanya ingin waktu-waktu sepi, waktu-waktu saat ia bisa bersama dengan dirinya sendiri sesekali.

Mereka berbeda dalam sudut pandang tentang arti BAHAGIA dan bersama sudah tidak lagi semenyenangkan dulu.
Perempuan itu memilih bersama seseorang itu tetapi kehilangan dirinya sendiri. Emosinya kacau, perasaanya tidak karuan, ia tidak sama lagi. Cahayanya memudar, ia kalut, kehilangan arah, kehilangan jati dirinya.

Ternyata menurutimu untuk sesuatu yang BAHAGIA seperti yang kamu janjikan tidak lagi bahagia baginya. Ia masih sama, merindukan bahagianya sendiri. Ia berjuang menyeimbangkan dunia bagaimana seseorang itu dan dunia itu melihat.


Dalam diam, jauh dilubuk hatinya ia tahu, dirinya yang dulu telah hilang. Ia yang sekarang adalah produk dari apa yang seseorang dan dunia inginkan. Mereka mungkin bahagia tetapi perempuan itu tidak.

Memberanikan diri perempuan itu berdiri dihadapan seseorang itu dan berkata:
Apakah sulit untukmu memperlakukanku lebih sabar? Padahal aku sudah menetapkan pilihanku padamu dan melupakan semua kemungkinan lain yang bisa saja lebih baik darimu?
Apakah sulit untuk menerima semua jenis emosiku yang keluar dari ketidakmampuanku mengatasi diriku sendiri?
Mungkinkah kamu bisa jadi dia yang merangkulku dan berdiri disampingku bahkan disaat orang lain dan aku, membenci diriku sendiri?
Tanpa jawaban.
Mungkin perempuan itu tidak butuh respon dan jawaban. Mungkin dirinya sendiri adalah jawaban.



Ia harus memutuskan . Ia ingin jadi seperti apa. Bahagia lagi seperti keinginannya. Maka ia kembali k kekamarnya, tersenyum dan mulai menata hidup.




Hanya karena perempuan itu berbeda bukan berarti ia salah. Itulah dirinya. Perempuan yang bahagia bersembunyi diantara tembok-tembok kamarnya.


 


 

Topo